Listen Qur'an

Listen to Quran

Assalamu'alaikum

Jumat, 19 Februari 2010

Sepenggal Kisah di Persimpangan Jalan....

Ummu ahmad


Surat terbuka untuk akhwat
Maret 2008,Patani, Halmahera Tengah
Sepenggal Kisah di Persimpangan Jalan....


Matahari mulai kembali ke peraduannya, terlihat warna merah menghiasi ujung langit sebelah barat, aku terpekur di atas meja yang berhadapan dengan jendela kamar yang saat ini terbuka. Angin sepoi-sepoi menyapa wajahku, seakan menenangkan hatiku yang sedang galau. Kusandarkan tulang belakangku seakan ingin mengalihkan rasa capek setelah seharian bertugas di Puskesmas. Hari ini aku berhadapan dengan sekian kasus Abortus provokatus dan GO yang seakan dianggap biasa oleh masyarakat.
Ya, Allah ... tantangan dakwah ditempat ini sangat berat. Seakan persediaan keimananku tidak cukup untuk kujadikan bahan dasar semangat untuk da’wah ILLALLOH. Mengajak mereka kembali kepada agama fitrah yang indah ini. Seandainya aku berada di Makassar tentu aku bisa setiap pekan mengisi bahan bakar itu dengan mendengar siraman ilmu melalui liqo-liqo tarbiyah.
Tapi sekarang, Aku sendiri ..
Ingatanku kembali ke masa-masa indah kuliah di kampus merah di kota Makassar ..., yang pertama terlintas di benakku adalah sebuah ruangan berwarna hijau, tempat awal mulanya aku menemukan sentuhan islam, kebenaran ad-dien yang akhirnya merasuk ke dalam jiwaku. Walau kusadari sudah telah lama aku menjalani rutinitas keislamanku tapi semuanya hanya sebatas kewajiban tanpa ada ruhiyah didalamnya. Shalat, puasa, bahkan berjilbab selama ini tidak kurasakan nikmatnya keimanan karena menjalankan hal tersebut. Semua terasa hampa...
Sekilas melintas dalam pandanganku bayang-bayang beberapa sosok akhwat yang berjalan dengan kibaran jilbabnya yang hampir menutupi seluruh tubuhnya, di antaranya bahkan ada yang menutupi wajah mereka dengan cadar, mereka melangkah pasti dengan keterasingan sulukiyahnya di tengah hamba-hamba-Mu menyusuri koridor kampus yang dipadati hiruk-pikuk dunia dalam meraih gelar sarjana. Aku tertarik dengan jilbab besar mereka yang berkibar. Aku kagum dengan kemampuan mereka menjaga diri dari fitnah. Dan aku salut karena mereka adalah orang-orang yang cerdas dan tidak pernah melupakan akherat. Kemudian, aku putuskan untuk bergabung dengan mereka. Mereka yang menebarkan dakwah Islam yang murni dan penuh kesan di hati. Ternyata mereka adalah orang-orang yang berdakwah di atas Al-Qur’an dan As-Sunnah seperti yang dicontohkan oleh generasi Shalafusshalih. Ya Rabb... sungguh aku merindukan mereka, orang-orang yang berjuang untuk menegakkan syariat-Mu di bumi ini,orang-orang yang senantiasa berusaha untuk membuktikan kecintaan mereka kepada-Mu dengan menunaikan hak-hak-Mu atas diri mereka. Tak kurasa tetes demi tetes air mataku mulai membasahi pipi....Semakin kurasakan kerinduan terhadap mereka, semakin deras airmataku mengalir, kubiarkan diriku hanyut dalam lamunan kenangan itu, tak ingin rasanya kuseka airmata ini biarkan ia menjadi penghapus rinduku terhadap saudara-saudara seperjuanganku.
Ukhti...adakah kalian merasakan kerinduan yang sama?????
Ingatkah kalian bagaimana dulu kita berjuang untuk mempertahankan syariat yang mulia ini ???, kumohon bukalah lembaran kenangan itu, tidak inginkah kita bisa merasakan kembali nikmatnya hidayah Allah???
Sungguh..... bahagia rasanya ketika kembali kutancapkan kedua kakiku di kota Makassar. Kenangan indah seolah terputar kembali, Aku bahagia ketika menemukan teman-teman seperjuanganku dulu tetap istiqamah dengan islam ini, tapi hati ini begitu miris ketika mendengar banyak akhwat yang tidak lagi manjalankan amanah da’wahnya, bahkan untuk sekedar menjalani rutinitas tarbiyah. Ukhti...... mengapa kalian tidak bisa meluangkan waktu beberapa jam saja untuk mendengarkan nasehat-nasehat dan ilmu?
Ukhti ... mengapa untuk hal-hal yang sepele seperti belanja di Mall berjam-jam, curhat dengan teman-teman, menonton televisi, kalian selalu punya waktu? Tidakkah kalian merindukan masa-masa tarbiyah dahulu? Masa-masa ketika kita begitu susah meluangkan waktu untuk tarbiyah? Masa-masa ketika kita begitu semangat menuntut ilmu syar’i? Masa-masa ketika kita memperjuangkan jilbab dan cadar kita di lingkungan keluarga dan kampus? Masa-masa ketika kita begitu gigih memperjuangkan pernikahan secara Islami di keluarga kita? Padahal gerak kalian dengan tempat menuntut ilmu itu begitu dekat. Kalian tidak perlu menyeberang lautan luas untuk sampai ke tempat tersebut.Kalian tidak perlu menempuh jarak yang jauh dan bersusah payah menuju tempat itu, bukankah Allah telah memberikan banyak fasilitas kepada kita???mengapa kalian tidak menggunakan nikmat yang telah Allah berikan untuk itu, kalian justru lebih mudah menggunakannya untuk mengurusi perkara dunia, bukankah semua itu adalah milik Allah, tidak takutkah kalian akan hari dimana Allah akan meminta pertanggungjawaban atas diri-diri kita...
Ukhti ... aku mohon ... bangkitlah, ukhti ... bangkitlah! Tidak ada kata terlambat untuk suatu kebaikan. Tidak ada kata malu, karena sesungguhnya malu itu tidak menghalangi seseorang dari kebaikan. Tidak ada kata terlanjur. Allah maha penyayang, Allah maha penerima taubat hamba-hambanya, dan Allah maha luas ampunannya. Masih ingat kan akan hadits Rasulullah yang sangat masyhur “ Tiap-tiap anak Adam itu berbuat banyak kesalahan, tetapi sebaik-baik orang yang berbuat banyak kesalahan itu ialah yang banyak bertaubat”.
Ukhti.... kemana perginya semangat berislam itu??? Ukhti kemana perginya semangat untuk menegakkan syariat islam, apakah dunia sudah begitu melalaikan diri kita, bukankah dunia ini milik Allah???
Kuteringat ketika berada diantara da pilihan yang sulit. Antara tetap berada di kota Makassar bersama dengan akhwat-akhwat yang istiqamah dan penuh dengan nasehat yang saling menjaga dari berbagai fitnah yang menyerang kita setiap harinya, ataukah pergi ke tempat lain yang belum pernah aku datangi sebelumnya untuk menjalankan amanat profesiku. Pilihan yang kedua ternyata merupakan takdirku.
Tahun pertama berpisah dengan tarbiyah dan kajian Islam merupakan tahun yang sangat menyiksa. Kerinduanku menggunung mengenang ta’lim, mabit, dan nasehat-nasehat dari ummahat dan ustadz. Ada malam-malam dimana aku tak kuasa menahan tangis rindu. Aku tidak bisa menghubungi mereka karena di daerah tempat aku bertugas tidak ada sinyal HP... Aku rindu.... tapi mereka tidak ada disekitarku... Yang bisa kulakukan hanyalah memutar kaset-kaset ceramah ustadz yang suaranya sudah semakin soak dan tidak jelas... Aku menangis...
Berpisah dengan itu semua memang menyakitkan. Tapi aku tidak mau putus asa. Aku harus kuat, bukankah Allah telah berqalam dalam kitab-Nya yang mulia “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah dan kembalilah kamu kepada Tuhan-mu dan berserah dirilah kepadaNya sebelum datang azab kepadamu kem udian kamu tidak dapat ditolong lagi Az Zumar :5-5.Setiap kali aku ke ibukota propinsi, aku selalu berusaha menghubungi teman-teman akhwat lain dan menasehati mereka yang bernasib sama dengan diriku. Menasehati mereka ternyata memberi dampak positif kepada diriku karena seperti menasehati diriku sendiri. Selain itu, aku mulai berusaha untuk menguatkan diriku untuk mau bergerak membina masyarakat di tempat aku bertugas. Dan, aku mendapatkan satu realitas lagi bahwa berdakwah itu ternyata susah-susah mudah. Disamping itu, alhamdulillah suamiku juga mulai membina melalui ceramah Jum’at dan tarbiyah pekanan. Sungguh ini merupakan peneguh dan penguat bagiku untuk bisa berdiri di atas ad dien ini.
Aku ingin menceritakan sedikit tentang keadaan daerah tempatku bertugas. Lingkungan tempat tinggalku adalah tempat yang penuh dengan hingar bingar maksiat. Perzinahan dianggap sebagai hal biasa disana. Married by Accident adalah hal yang lumrah terjadi. Minuman keras adalah minuman biasa. Pada bulan Ramadhan tahun pertama aku bertugas aku menemukan tiga kasus abortus dan sekian lagi kasus abortus yang menyusul selanjutnya. Kasus penyakit menular seksual pun tidak kalah maraknya. Dalam waktu 2 minggu aku mendapatkan 4-5 kasus Gonorrhaea. Aku berusaha menasehati mereka melalui penyuluhan-penyuluhan yang aku selipkan ayat-ayat Allah, SWT dan hadits-hadits Rasulullah.Sungguh, ini adalah ajang dimana aku dituntut tidak hanya bisa untuk menjalankan amanah profesiku tapi juga amanah da’wah. Dan alhamdulillah ukhti hal ini tidak sia-sia walau memang terasa berat, tapi yakinlah di sisi Allah tidak ada yang sia-sia, dan sungguh Allah tidak melihat kepada hasil da’wah kita, tapi bagaimana besar usaha yang kita lakukan untuk berda’wah.
Akhwat ... tahukah kalian bahwa di belahan bumi yang lain masih banyak yang membutuhkan sentuhan dakwah, sekaligus sentuhan profesi kalian. Jangan pernah merasa aman karena kalian tinggal di lingkungan yang jauh dari maksiat. Dan, tahukah kalian bahwa Allah akan meminta pertanggungjawaban kalian terhadap orang-orang yang belum pernah tersentuh dakwah tersebut. Jangan pernah berfikir bahwa tanggung jawab dakwah ini hanya milik sebagian orang saja.
Untuk akhwat yang tetap istiqamah, berusahalah untuk tetap berdakwah. Nasehati saudari-saudarimu. Jangan biarkan saudarimu terjatuh ke dalam jurang maksiat. Segera raih tangannya, bantu dia untuk bangkit kembali. Jangan justru engkau menjadi penyebab ia semakin terpuruk. Bukankah kita sangat menginginkan agar saudara-saudara kita juga bisa merasakan lezatnya keimanan sebagaimana yang kita rasakan???
Ukhti ... sekarang ini kita baru diminta untuk mengorbankan sedikit waktu dan harta kita. Kita belum diminta untuk mengorbankan jiwa kita atau harta yang banyak. Padahal, suatu saat nanti, kita akan diminta pertanggungjawaban atas jiwa dan harta kita yang banyak itu...
Bukankah Allah, SWT telah berfirman dalam At-Taubah : 111

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.
Untuk saudaraku yang kini mungkin tengah lalai, jangan lemah dan jangan pernah berputus asa, apa yang kini kau jalani adalah ujian dari Allah, lalui ujian itu dengan mengharap pertolongan dari Allah, sungguh ujian yang kita hadapi sekarang masih sangat-sangat jauh dengan ujian yang dihadapi oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Songsong.. dan raihlah hidayah itu kembali, genggam erat didalam tanganmu dan jangan biarkan ia lepas. Ukhti..ini adalah hadits qudsi yang kuharap dapat membuatmu terharu dengan kemurahan-Nya “Wahai anak Adam sesungguhnya selagi engkau masih mau berdoa dan berharap kepada-Ku, niscaya Aku mengamouni dosa-dosamu dengan tiada memperdulikan dosa-dosa itu. Wahai anak Adam walau engkau berbuat keburukan hingga keburukan itu memenuhi semua tempat sekalipun, niscaya Aku akan mengampuni keburukan dan dosa-dosamu”. Subhanallah......

Ukhti ... Aku menyadari dan telah membuktikan bahwa amanah dakwah dan amanah profesi dapat kita jalankan bersama ... bahkan, bisa saling menguatkan. Mari bersama kita berjuang untuk meneguhkan syariat Allah di muka bumi ini, berikanlah apa yang bisa kalian berikan sekecil apapun karena boleh jadi yang kecil itu justru menjadi penyebab diri kita dimasukkan ke dalam surga Allah. Insya Allah...


Darikuyang mencintaimu karena Allah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar