Listen Qur'an

Listen to Quran

Assalamu'alaikum

Jumat, 20 November 2009

Telinga Sang Ibu... (Half full half empty)


Dikisahkan, seorang ibu yang baru melahirkan sangat terkejut ketika melihat bayi laki-laki yang baru dilahirkannya tidak memiliki daun telinga. Untunglah, bayi itu masih memiliki fungsi pendengaran yang sempurna. Tidak ada yang dapat dilakukan orangtua si bayi selain menerima takdir bahwa anak mereka yang pertama tidak memiliki kedua daun telinganya. Hari berganti hari, waktu terus bergulir, si anak tumbuh dan berkembang menjadi anak yang mampu bergaul dengan teman2 sebayanya. Pelajaran di sekolah pun tidak menjadi masalah untuk diikutinya. Namun satu hal yang mengganggu adalah sindiran teman-temannya yang mengatakan bahwa dia manusia planet, adalagi yang mengatakan dia adalah titisan dewa langit karena tidak bertelinga, bahkan ada yang melecehkannya supaya nanti besar bekerja di star Trek saja. Sindiran2 itu jelas menyakiti hatinya. Tidak jarang ia pulang dalam keadaan menangis dan masuk dalam pelukan ibunya. Sang ibu dengan ketabahan yang luar biasa terus memotivasi si anak untuk mengembangkan potensinya dan meraih prestasi yang gemilang hingga duduk di bangku perguruan tinggi. Hingga suatu kali, seorang dokter yang dikenal oleh keluarga itu mengatakan bahwa si anak yang sudah tumbuh dewasa ini dapat menerima cangkok daun telinga, dan cangkokan ini sudah ada di simpan beberapa waktu lamanya dari seorang donor. Mendengar berita ini giranglah hati si anak, meskipun menyisakan pertanyaan siapa yang telah mendonorkan telinganya untuk dirinya. Operasi cangkok pun berjalan lancar, dan suatu perubahan penampilan dalam diri anak ini terjadi, rasa percaya dirinya semakin meningkat seiring dengan prestasi yang ia raih. Hal ini sekaligus mempercepat penyelesaian studi dan pencarian kerja. Setelah ia menyelesaikan studi dan bekerja sebagai diplomat serta membangun keluarga yang kemudian di karuniai 2 orang anak, ternyata rasa penasaran tentang siapa pemberi daun telinga kepadanya belum juga terjawab. Kepada sang ayah hal ini sering ia tanyakan, namun sang ayah tetap mengatakan, "Suatu saat kau akan tahu, nak!" Hingga tiba saat yang paling menyedihkan menimpa keluarga ini, sang ibunda tercinta meninggal dunia karena sakit. Rasa kehilangan yang tidak terhingga dirasakan oleh sang anak tunggal ini, masih terbayang dalam dirinya ketika dia diejek oleh rekan2nya, ibunyalah yang menguatkannya. Ibunya pula yang selalu mendorong dirinya untuk selalu menunjukkan prestasi gemilang dengan tidak melupakan berbagi pada sesama dan tetap bergantung pada ke-Maha Kuasa-an Sang Pencipta. Namun, kenangan itu tinggal kenangan, sang ibu tercinta telah pergi untuk selama-lamanya. Saat akan memberikan ciuman terakhir pada jasad si ibu, dengan didampingi sang ayah, sang anak sempat terkesima ketika menyibakkan rambut ibunya. Ternyata ibunya tidak memiliki telinga. Teka-teki yang selama ini mengganjal di dalamnya pun terjawab sudah. Pantaslah jika bertahun2 belakangan ini sang ibu selalu berkata bahwa ia lebih suka memanjangkan rambutnya. Rupanya, ia tak ingin si anak tahu jika donor daun telinga itu adalah ibunya sendiri. **************************
**********************************************************
Kasih ibu sepanjang jalan tidak terbatas pada sesuatu. Bagi ibu rumah tangga, pekerjaan mengelola rumah dan menolong keluarga merupakan panggilan untuk memenuhi mimbar kehidupannnya. Suasana rumah akan terasa berbeda dan kering ketika rumah tersebut telah ditinggal ibu untuk selama-lamanya. Ibu memberikan warna dan dinamika yang proporsional dalam mendampingi suami membawa bahtera rumah tangga mengarungi kehidupan ini.
Sungguh besar peran ibu dalam membangun mental dan spiritual anak2. Ada satu nasihat penting dari Dorothy Law Nolty
"Kalau seorang anak hidup dengan kritik, ia akan belajar menghukum. Kalau seorang anak hidup dengan permusuhan, ia akan belajar kekerasan.Kalau seorang anak hidup dengan olokan, ia belajar malu. Kalau seorang anak hidup dengan rasa malu, ia akan belajar bersalah. Kalau seorang anak hidup dengan dorongan, ia akan belajar percaya diri. Kalau seorang anak hidup dengan keadilan, ia akan belajar menjalankan keadilan. Kalau seorang anak hidup dengan ketentraman, ia akan belajar tentang iman. Kalau seorang anak hidup dengan dukungan, ia akan belajar menyukai dirinya sendiri. Kalau seorang anak hidup dengan penerimaan serta persahabatan, ia belajar untuk mencintai dunia".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar